Opini
Oleh : Ahkam Kurniawan Buamona
Sekretaris GPM Kepulauan Sula
Malut.net - Mahasiswa dan publik sekali lagi menaruh perhatian atas keresahan saat ini diatas tanah air. Nusantara dipandang dudarat, banyak pamflet dan spanduk protes kemudian dinding-dinding dicoret wajah kekuasaan dengan suara megafon dijalan panjang.
Tidak hanya mahasiswa dan aktivitas, akademisi tidak terkecuali menyoroti problem yang terjadi hari ini. Sejarah dan kata-kata sang proklamator bung karno terasa baru kemarin diucap bahwa negeri ini suatu masa rakyatnya kembali dijajah, ditindas atas kebijakan-kebijakan gila dan akhirnya terkapar lapar dalam bui gelap.
Benarkah nusantara kembali ke orde baru (ORBA) kalimat sederhana ini seolah ditakuti rakyat biasa, kalimat sederhana ini seolah membuka lembar sejarah, iya benar kita sekali lagi dijajah, kita dijajah bangsa sendiri dan pemuda tak hilang kendali. Jika kemerdekaan sudah menelan jutaan pejuang maka ijinkan suara protes anak negeri mengganti senjata penjajah.
Jika benar nusantara kembali ke orde baru mahasiswa dan aktivis di kampus-kampus tanah air ini akan siap menganti para pejuang yang gugur, segera kirimkan surat kami bahwa negeri ini tidak ingin ditindas, segera beritahu bahwa anak negeri ini sudah siap berjuang, sudah siap menukar nyawa untuk merdeka bebas. Kami sebagai anak muda tanah air ini melihat dengan nyata bahwa ketika jabatan departemen dan kursi-kursi parlemen diduduki ABRI kok! wajah SUHARTO?
Nusantara 1959-2000 an, dunia tau bahwa ABRI ditanah air ini adalah angkatan bersenjata yang disegani belanda. Seluruh dunia tau ada Soekarno dan Hatta sebelum 35 tahun Soeharto berkuasa dengan misi pembangunan bangsa, hingga rakyat jelata dibikin tanpa kata sekarang kepala negara Prabowo-Gibran dengan misi MBG dan UU TNI yang kembali memicu perlawanan anak negeri.
Dunia tau enam jendral kita mati di tangan aparat masa ORBA, penumpasan G30-S adalah ketakutan Suharto dengan sebab yang tidak berani ditulis sejarah, malam tahun 1965 adalah benar penumpasan atas protes dan agresi militer Suharto sebagai panglima.
Lalu apakah benar revisi UU TNI adalah wujud dari Dwifungsi ABRI yang menjadi program Suharto di masa ORBA dan MBG adalah proses pembodohan generasi bangsa yang akan membudaya? Ternyata reformasi kemarin hanya menyisakan pejabat negara jas dan dasi. Dan bila sudah begitu protes di gedung, bentrok dijalan bersama aparat sudah bukan hal baru bagi mahasiswa. Jangan percaya TV dengan pidato dan puisi petinggi, terlalu banyak kepentingan pribadi dan politisi. UUD 45 dan Pancasila itu dasar negara yang dulu Soekarno agung kalau sekarang tanah, air dan isinya hanya tinggal utang tanpa untung.
Sekali lagi bagi kita semua, aktivis dan mahasiswa mari kita organizer masa rakyat karena benar negeri ini tidak sedang baik-baik, dijalan masih kurang barisan kita, aspirasi dan aksi menjadi harapan terakhir untuk menghentikan lebih jauh langkah kekuasaan yang bikin negara sedang sakit.