Opini
Oleh: Muhajrin Umasangadji
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Maluku Utara Fakultas Hukum Semester 4
Malut.net - Kata Perempuan dalam pandangan masyarakat Indonesia mengalami degradasi semantis atau peyorasi yaitu penurunan nilai makna (arti sekarang lebih rendah dari arti dahulu).Sehingga kata wanita dianggap mengalami Ameliorasi (perubahan makna yang semakin positif atau arti sekarang lebih tinggi daripada arti dahulu).
Perempuan adalah ibu sebagai pendidik utama generasi penerus. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh penyair Hafiz Ibrahim sebagaimana dikutip oleh Atiyah al-Abrasyi: "Ibu adalah sekolah, bila kau terpisahkan engkau telah mempersiapkan rakyat yang baik tadi kuat.
Perempuan mempunyai historis yang begitu panjang dalam memperjuangkan hak-haknya misalnya dalam konteks pendidikan banyak organisasi-organisasi perempuan yang mendesak agar di berikan ruang pendidikan yang sama, bukan hanya pada kaum kelas atas tapi juga pada kaum kelas menengah, kelas bawah dan kaum pedesaan seperti organisasi gerwani (Gerakan Wanita Indonesia) yang mendesak hal itu.
Bergantinya transisi jaman menjadi fenomena menarik dalam kehidupan manusia terlebih kaum perempuan dengan populasi terbesar di terletak di Indonesia. dalam parlemen, Jokowi memberikan kesempatan terhadap kaum perempuan, tetapi sukar dipungkiri masih berjubel perempuan Indonesia belum memahami kemampuan dan perannya lebih spesifiknya perempuan di Maluku Utara dalam hal ini adalah kalangan perguruan tinggi, Maluku Utara dulunya di kenal dengan aktivis-aktivis yang hebat dan kritis baik itu perempuan maupun laki-laki.
mirisnya sekarang sudah jarang kita temukan lagi, walaupun masih ada beberapa aktivitas, jurnalis, wartawan dan juga advokat dari kaum perempuan. Selain itu dalam kedudukan yang lainnya perempuan juga di berikan kesempatan yang sama layaknya kaum laki-laki, Semisalnya dalam pendidikan, laki-laki mendapatkan pendidikan yang layak sebaliknya perempuan juga mendapatkan hal yang sama.
Namun seringkali perempuan berasumsi bahwasanya walaupun mengayomi jenjang pendidikan yang tinggi tetapi akan kembali ke ruang domestik/menjadi ibu rumah tangga, paradigma sperti itu adalah paradigma yang keliru. bagi saya perempuan itu bukan hanya menyulap bahan masakan menjadi makanan yang enak tetapi juga mampu menghadapi masalah sosial dengan pikiran-pikiran kritis supaya bisa melawan penindasan.
Pentingnya perempuan untuk berpendidikan agar mampu memperjuangkan segala bentuk penindasan bagi kaum perempuan. Selain itu pendidikan Indonesia juga tidak bisa di lepas pisahkan dengan pengaruh pendidikan model Barat.
Bahkan para pemikir perempuan seperti para feminis dan Sukarno sekalipun menguraikan pemikiran perempuan melalui dasar pendidikan Barat. Disisi lain, ada beberapa pandangan percaya bahwa budaya merupakan kodrat alam yang tak mampu diubah. Pandangan-pandangan ini dapat mengaburkan kebenaran dan sering sekali mendorong ketidaksadaran bahkan dalam keadaan yang stabil. Hal ini juga yang mempengaruhi pendidikan bagi kaum perempuan termasuk di Indonesia.
Menurut Istibsyarah memperoleh ilmu pengetahuan merupakan elemen esensial untuk peningkatan martabat perempuan sehingga ia dapat menyempurnakan dirinya sendiri kemudian dapat mengembangkan potensi kemanusiaannya.
Perempuan yang terdidik dengan baik maka akan mudah mendidik generasi selanjutnya, begitu pun sebaliknya. Perempuan juga menjadi pilar utama menciptakan generasi, dari rahim Perempuan terciptalah pemikiran yang hebat, dan di bawah didikan Perempuan pula lahirlah filsuf hebat juga. Akan tetapi hal itu tidak di jadikan isu yang semestinya menjadi sentral pembahasan terhadap kaum perempuan, Karena minimnya kesadaran dalam hal memperjuangkan hak-haknya sehingga perempuan seringkali di sepelekan, baik dalam kontes kesetaraan yang itu merujuk pada pendidikan.